Aku Tak Ingin Anakku Menulis Puisi

aku tak ingin anakku menulis puisi yang aku inginkan, ia menulis cerita-cerita kesedihannya dan membaginya pada deru ombak di samudera, pada rimbun hutan-hutan, atau pada terjal puncak gunung-gunung aku tak ingin anakku menulis puisi aku lebih suka, ia menuliskan kisah-kisah kegembiraanya dan memberikannya pada pedagang-pedagang di pasar, anak-anak di depan toko roti, atau pada orang-orang dewasa yang sayu sepulang kerja aku tak ingin anakku menulis puisi syair-syair, lirik-lirik, jargon-jargon, dan kutipan tokoh yang terdengar naif menyebalkan aku lebih senang, ia mengemasinya melewati perjalanan panjang bersama langit yang dilewati doa dan cinta sampai akhirnya anakku menyadari: ada yang kembali hidup di dalamnya Kranji, 15/03/25